Wednesday, July 7, 2010

8 Kado Terindah Tuk Yang Terkasih...

Sekali lagi tulisan ini saya ambil dari milis HIMPSI JAYA tanggal 12 Mei 2010 sebagai sharing yang berguna untuk kita semua.

Delapan macam kado ini adalah hadiah terindah dan tak ternilai bagi orang-orang yang Anda kasihi dan sayangi...

Kehadiran

Kehadiran orang yang dikasihi adalah kado yang tak ternilai harganya. Memang kita bisa juga hadir lewat surat , telepon, foto, atau fax. Namun dengan berada di sampingnya, Anda dan dia dapat berbagi perasaan, perhatian, dan kasih sayang secara lebih utuh dan intensif. Jadikan kehadiran Anda sebagai pembawa kebahagiaan.

Tuesday, July 6, 2010

Renungan Indah - W.S. Rendra




Seringkali aku berkata,

Ketika semua orang memuji milikku

Bahwa sesungguhnya ini hanyalah titipan
Bahwa mobilku hanyalah titipan-Nya
Bahwa rumahku hanyalah titipan-Nya
Bahwa hartaku hanyalah titipan-Nya
Bahwa putraku hanyalah titipan-Nya

Monday, July 5, 2010

Life Span May Be As Wide As Your Smile




A study looks at smiles in pictures of baseball players and compares death rates. The bigger the smile, the longer the life, they found.

By Shari Roan
Los Angeles Times Staff Writer

March 29, 2010


People who smile a lot are usually happier, have more stable personalities, more stable marriages, better cognitive skills and better interpersonal skills, according to research. Science has just uncovered another benefit of a happy face. People who have big smiles live longer.

Researchers at Wayne State University used information from the Baseball Register to look at photos of 230 players who began their careers in professional baseball before 1950. The players' photos were enlarged, and a rating of their smile intensity was made (big smile, no smile, partial smile). The players' smile ratings were compared with data from deaths that occurred from 2006 through 2009. The researchers then corrected their analysis to account for other factors associated with longevity, such as body mass index, career length, career precocity and college attendance.

For those players who had died, the researchers found longevity ranged from an average of 72.9 years for players with no smiles (63 players) to 75 years for players with partial smiles (64 players) to 79.9 years for players with big smiles (23 players).

This isn't a bunch of psycho-hooey, the authors said. Smiles reflect positive emotion. Positive emotion has been linked to both physical and mental well-being. They added a caveat to their study: "The data source provided no information as to whether expressions were spontaneous or in response to a photographer's request to smile." Still, big smiles are more likely to reflect true happiness than partial smiles.

Maybe the non-smilers were thinking about batting averages.

The study is published in the journal Psychological Science.

Sunday, July 4, 2010

Renungan Minggu 4 Juli 2010

Tulisan yang menarik ini saya dapatkan dari rekan Rubin Tim Hardian  tanggal 26 Mei 2010 lalu di milis HIMPSI JAYA. Disitu disebutkan yang menulis adalah seorang komedian yang bernama Geoge Carlin yang sejujurnya saya belum pernah mendengar namanya tapi apa yang ditulisnya sangat menggugah hati kita.

Saat ini kita semua sedang berada di abad Mellenium , yah....kita semua kita adalah orang-orang moderen dengan berbagai kemajuan luar biasa yang berhasil di capai.

Kita merasa telah berhasil menciptakan peradaban yang jauh lebih baik, kehidupan yang jauh lebih maju, tapi apa memang demikian. Cobalah kita renungkan sejenak apakah kita telah berhasil atau malah gagal untuk menciptakan peradaban yang jauh lebih baik dari generasi pendahulu kita.

Perhatikanlah kita berhasil membangun gedung-gedung yang lebih tinggi tetapi sekaligus juga memiliki belas kasih yang jauh lebih rendah.

Kita berhasil membangun jalan bebas hambatan yang lebih lebar tetapi memiliki sudut pandang yang lebih sempit.

Kita berhasil mencari uang lebih banyak, tetapi memiliki waktu lebih sempit
Kita memiliki harta lebih banyak, tetapi menikmati lebih sedikit.

Kita memiliki rumah yang lebih besar tapi keluarga yang lebih kecil
Kita memilki rumah yang lebih banyak tetapi lebih sedikit di tinggali.

Kita memiliki lebih banyak gelar, tetapi logika yang lebih terbatas
lebih banyak pengetahuan, tetapi nurani yang semakin terkikis habis
lebih banyak ahli, tetapi jauh lebih banyak masalah;
lebih banyak obat-obatan, tetapi kesehatan yang lebih rentan

Kita minum dan merokok terlalu banyak, meluangkan waktu dengan terlalu ceroboh,
sementara tertawa terlalu sedikit, menyetir terlalu cepat, marah terlalu sering, tidur terlalu larut, bangun terlalu lelah, membaca terlalu jarang, menonton TV terlalu banyak, dan berdoa hampir tidak pernah.

Kita telah melipatgandakan harta milik kita, tetapi mengurangi harga diri kita.

Kita terlalu banyak berbicara, tapi terlalu jarang mendengarkan dan berbuat.

Kita telah mengikuti berbagai seminar bagaimana mencari uang berlimpah, tetapi bukan mencari kehidupan yang bahagia dan penuh arti.

Kita telah mencapai bulan, tetapi justru memiliki masalah dalam menyeberang jalan, membuang sampah dan menyapa tetangga baru kita.

Kita telah mengalahkan luar angkasa, tetapi gagal mengalahkan ego kita sendiri.

Kita telah melakukan hal-hal besar, tetapi bukan hal-hal yang mulia.

Kita telah membersihkan udara, tetapi mengotori sang jiwa.
Kita telah menciptakan teknologi, Tapi teknologi yang menghancurkan bumi tempat kita bergantung hidup.

Kita belajar untuk bisa selalu bergerak lebih cepat bukan menjadi lebih sabar.
Kita lebih banyak menciptakan alat komunikasi namun berkomunikasi lebih sedikit.

Sesungguhnya kita sedang berada pada zaman dimana makanan lebih cepat disajikan namun lebih lambat di cerna , banyak dilahirkan orang-orang besar tapi dengan mental yang kerdil , pendapatan yang tinggi tapi amal yang yang semakin rendah.

Ini adalah zaman dimana banyak negosiasi perdamaian dibuat tetapi jauh lebih banyak peperangan terjadi.

Ini adalah zaman dimana perjalanan dibuat singkat, popok sekali pakai buang, moralitas yang mudah dibuang, hubungan satu malam, berat badan berlebihan, dan pil-pil yang bisa melakukan segalanya mulai dari menceriakan, menenangkan, sampai membunuh dan mematikan.

Ini adalah zaman dimana banyak barang tersedia di pasar tapi orang semakin sulit untuk mendapatkannya.

Zaman dimana kemajuan teknologi dapat menyampaikan pesan ini kepada Anda, sekaligus zaman dimana Anda dapat memilih apakah Anda akan medengarkan renungan ini atau hanya berkata Ah itu tidak penting, saya tidak ada waktu untuk merenung..!?

Ingatlah,
luangkan lebih banyak waktu dengan orang yang Anda kasihi, karena mereka tidak akan selamanya disisi anda.

Ingatlah,
ucapkan kata yang baik kepada orang yang memandang Anda dengan ketakutan,
karena si kecil tersebut akan segera tumbuh besar dan meninggalkan Anda.

Ingatlah,
beri pelukan hangat kepada orang di sisi Anda, karena itulah satu-satunya harta yang dapat Anda berikan dengan tidak membutuhkan biaya apapun.

Berikan waktu untuk mencintai orang-orang yang telah mencintai anda, berikan waktu untuk berbicara! Dan berikan waktu untuk berbagi pikiran-pikiran yang berharga di benak Anda.!

Anak kita tidak meminta banyaknya harta kita melainkan hanya banyaknya waktu kita bersamanya.

Anak kita tidak membutuhkan kedekatan kita pada para penguasa dan orang-orang terhormat, melainkan hanya kedekatan kita, dengannya.

INGATLAH SELALU..!
Hidup tidak diukur oleh jumlah nafas kita, melainkan oleh bagaimana kita telah menghabiskan nafas kita.

Marilah kita renungkan apakah kita sedang berada dalam proses kemajuan atau malah kemunduran dari peradaban zaman yang sedang kita jalani..?